Kamis, 15 Januari 2015

Jadwal Padamu Negeri Semester Dua Tahun Pelajaran 2014/2015

Jadwal Padamu Negeri Semester Dua Tahun Pelajaran 2014/2015
OPS-Sumbermalang- Agenda padamu negeri pada semester 2 tahun 2014/2015 jelasnya sebagai kelanjutan pada periode sebelumnya untuk update data NUPTK pada pangkalan data padamu negeri, Badan Pengembangan Sumber daya manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan telah merilis agenda atau jadwal kegiatan padamu negeri selama semester 2 tahun 2014/2015. 
Sebagai tindak lanjut dari program penjamin mutu pendidikan yang dikelola oleh BPSDMPK-PMP Kemdikbud pada semester dua tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut rangkaian yang meliputi:
1. Registrasi Ulang NRG (Nomor Registrasi Guru) bagi PTK yang telah sertifikasi guru apabila tidak melakukan registrasi ulang maka NRG yang sudah diterbitkan dianggap tidak valid.
2. Keaktifan NUPTK/Peg ID Periode semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, apabila dalam dua semester berturut-turut NUPTK/Peg Id tidak diaktifkan mandiri oleh setiap PTK maka akan dinonaktifkan secara permanen oleh sistem.
3.PKG/Penilaian Kinerja Guru Pada Semester dua tahun pelajaran 2014/2015 berlaku wajib bagi semua pendidik dan kepala sekolah baik negeri maupun swasta dilingkungan kemdikbud dan kemenag.

4. Evaluasi Diri Sekolah/EDS Bagi yang belum melengkapinya pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dan EDS hanya berlaku pada naungan Kemdikbud.

Hasil Padamu Negeri akan jadi acuan BPSDMPK-PMP Kemdikbud dalam melaksanakan beragam program pada tahun 2015 antara lain:

a. Program Seleksi Peserta Program pendidikan Guru(PPG)
b. Program UKG (Uji Kompetensi Guru)
c. Program PKB (Pengembangan Ke Profesian Berkelanjutan)
d. Program Penilaian Prestasi kerja Guru dan Kepala Sekolah
e. Program ProDEP kerjasama dengan pemerintah Australia.

Berkenaan dengan hal tersebut BPSDMPK-PMP Kemdikbud juga memfasilitasi akses data padamu negeri kepada semua pihak terkait menggunakan akun login masing-masing mulai dari tingkat Individu PTK hingga tingkat Institusi, akses data yang dimaksud untuk memenuhi kebutuhan para pihak dalam meningkatkan mutu pendidikan sesuai fungsi dan wilayah kerja masing-masing, untuk itu harap dijaga kerahasian pasword dan tidak diperkenankan pada pihak lain.

Surat Resminya selengkapnya lihat edarannya disini:

Sabtu, 08 November 2014

Kajian Teori: Hakikat Metode Pembelajaran Role Playing

Hakikat Metode Pembelajaran Role Playing
1.      Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing
Dalam suatu proses belajar mengajar ada beberapa komponen yang selalu terkait dan tidak bisa dipisahkan, yaitu media pengajaran, prosedur didaktif (metode), materi pelajaran dan lain-lain. “Semua komponen tersebut harus terpadu dan serasi agar tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan, akhirnya terwujud suatu hal apa yang dinamakan dengan hasil belajar yang berbobot dan berkualitas (Winkel, 1991: 177).
Supaya pembelajaran matematika sesuai dengan tujuan yang diharapkan berupa pemahaman yang mendalam dan berantai dari siswa, diperlukan suatu pendekatan. Guru berperan penting dalam hal ini, dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan bekal pengalaman yang dimiliki, sebaiknya seorang guru haruslah mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan pembelajaran, mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan prosedur didaktif sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam penggunaan metode atau prosedur didaktif terkadang seorang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak didik mempengaruhi penggunaan metode. Bervariasinya metode juga dapat menyulitkan guru. Sebagai cara untuk tercapainya tujuan intruksional dari pembelajaran matematika maka perlu adanya pemilihan penggunaan metode yang terbaik agar siswa merasa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran matematika sebagaimana mestinya.
Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah, yaitu: a) dapat menjamin poartisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001:72).
Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik,biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mrngeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman (Prasetyo, 2001: 74).
Menurut Mulyasa (2005:43) pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya  menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini semua peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran.
Dalam hal ini guru menghentikan pada saat terjadinya pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. Role playing disebut juga metode sosiodrama. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial (Djamarah dan Zain, 2002:56).
Role playing menurut Djamarah dan Zain (2002:67) mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.   Kelebihan metode role playing
1)      Siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahai, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2)   Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
3)   Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
4)      Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan sesamanya.
6)      Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain
b.      Kelemahan metode role playing
1)      Sebagian anak yang tidak ikut bermainperan menjadi kurang aktif.
2)      Banyak memakan waktu.
3)      Memerlukan tempat yang cukup luas.
4)      Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
c.       Proses pelaksanaan metode role playing
1)      Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.
2)  Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
3)   Menyusun tahap-tahap berain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri.
4)   Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.
5)   Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.
6)  Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa.
7)  Pengambilan keputusan yang telah dilakukan. Jadi pembelajaran dengan role playing merupakan cara belajar yang dilakukan dengan cara membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang telah diperankan tersebut.
 Agar metode role playing/ bermain peran ini dapat mencapai tujuan, maka harus disusun langkah-langkah pembelajaran agar penggunaan metode ini lebih efektif. Langkah-langkah menurut Subari, (1994: 93-94) tersebut sebagai berikut:
(1) guru menerangkan teknik sosiodrama dengan cara yang mudah dimengerti oleh para siswa.
(2) Masalah yang akan dimainkan harus disesuaikan dengan tingkat umur dan kemampuan.
(3)  Guru menceritakan masalah yang akan dimainkan itu secara sederhana tetapi jelas, untuk mengatur adegan dan memberi kesiapan mental para pemain.
(4)  Jika sosiodrama itu untuk pertama kali dilakukan sebaiknya para pemerannya ditentukan oleh guru.
(5) Guru menetapkan para pendengar, yaitu para siswa yang tidak berperan.
(6)  Guru menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus dimainkan.
(7) Guru menyarankan kata-kata pertama yang harus diucapkan pemain untuk memulai permainan.
(8) Guru menghentikan permainan di saat situasi sedang mencapai klimaks dan kemudian membuka diskusi umum.
(9) Sebagai hasil diskusi, guru dapat meminta siswa untuk menyelesaikan masalah itu dengan cara-cara lain.
(10)Guru dan siswa menarik kesimpulan-kesimpulan dari drama yang dimainkan baik dalam teknik maupun dalam isinya

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel.      1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

Kamis, 11 September 2014

PENGUMUMAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2014

(Pengumuman Resmi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Situbondo)








Kamis, 02 Mei 2013

18 Nilai Karakter Bangsa

1.RELIGIUS
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2.JUJUR
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan ,tindakan dan pekerjaan.

3.TOLERANSI
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku,tenis,pendapat,sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4.DISIPLIN
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5.KERJA KERAS
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar,tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebai-baiknya.

6.KREATIF
Berfikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.

7.MANDIRI
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8.DEMOKRATIS
Cara berfikir ,bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9.RASA INGIN TAHU
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,dilihat dan didengar.

10.SEMANGAT KEBANGSAAN
Cara berfikir ,bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

11.CINTA TANAH AIR.
Cara berfikir,bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa , lingkungan ,fisik,sosial,budaya,ekonomi dan politik bangsa.

12.MENGHARGAI PRESTASI.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat ,mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

13.BERSAHABAT/KOMUNIKATIF.
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara ,bergaul,dan bekerja sama dengan orang lain.

14.CINTA DAMAI.
Sikap,perkataan,dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15.GEMAR MEMBACA.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kewajiban bagi dirinya.

16.PEDULI SOSIAL
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

17.PEDULI LINGKUNGAN.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

18.TANGGUNGJAWAB
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakangas dan kewajibannya ,yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri,masyarakat,lingkungan (alam sosial dan budaya ),Negara dan Tuhan YME.

Senin, 29 April 2013

Inilah Penyebab Tunjangan Guru Terhambat


Pemerintah diwakili Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengakui tunjangan guru masih sering terhambat di beberapa daerah. Meski demikian, guru diminta untuk selalu meningkatkan kinerjanya. 


Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Pendidikan Dasar (Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Sumarna Surapranata mengungkapkan penyebab penyaluran tunjangan guru terhambat.

Pertama, guru mungkin belum memenuhi syarat administratif sebagai penerima tunjangan. "Kedua, karena upload verifikasi Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang menjadi acuan data pemberian tunjangan guru masih berjalan," kata Sumarna, di Manado Jumat (12/4).

Setidaknya terdapat empat jenis tunjangan yang diterima guru yakni tunjangan profesi, tunjangan profesional, tunjangan khusus, dan bantuan biaya peningkatan kualifikasi akademik ke S1/D1V.

Menurutnya, tunjangan yang masih terhambat memang penyaluran tunjangan profesi. Pasalnya, ada guru untuk memenuhi 24 jam tatap muka mengajar tidak sesuai latar belakang sertifikasinya. "Atau ada pemindahan guru antar jenjang misalnya guru SD mengajar SMP," kata Sumarna.

Lebih lanjut Direktur Pembinaan P2TK Dikdas Sumarna menuturkan penyaluran tunjangan guru harus memenuhi asas 3TA yakni tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jumlah, juga akuntanbel. 

Ia mengatakan asas distribusi tunjangan guru 3TA tersebut merupakan instruksi Presiden kepada Kemdikbud. "Berdasarkan instruksi Presiden tertanggal 31 Juli 2012 bahwa seluruh tunjangan guru harus memenuhi 3TA," ujar Sumarna.

Tunjangan Guru Tertunda Gara-Gara Internet
Ketua Kelompok Kerja Pendataan Pendidikan Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara M. Rusli Asaf mengeluhkan akses Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). 

Padahal, penyaluran tunjangan guru bergantung dari sistem tersebut."Permasalahan mendasar untuk Indonesia bagian timur yakni sulitnya mengakses internet dalam pemenuhan Dapodik. Sedangkan sistem Dapodik yang bersifat online berbasiskan internet," ujar Rusli di Manado Sabtu (13/4).

Selain sulitnya mengakses internet, Rusli mengungkapkan minimnya sumber daya yang mengerti IT menjadi kendala dalam pemasukan data Dapodik oleh KKDATADIK kabupaten. "Sedikit operator sekolah yang mengerti bagaimana cara untuk mengakses Dapodik," katanya.

Menurutnya, penetapan sistem Dapodik oleh pemerintah pusat menggenarilisasi kondisi seluruh Indonesia. Pemerintah mengganggap semua wilayah sama seperti Jakarta, tidak melihat masih ada yang terbelakang dalam hal akses informasi.

"Jangankan untuk internet, untuk menelepon saja harus cari sinyal dekat-dekat laut," kata Rusli. Jika sulit memasukan data untuk Dapodik secara online, pemerintah memperbolehkan melalui offline yakni pengiriman berkas data secara manual.

Akan tetapi Rusli mengatakan tidak semua model pengisian data dalam Dapodik bisa dilakukan dengan manual."Misalnya data untuk daftar guru dalam rombel itu ada yang bisa melalui offline dan ada yang melalui online. Kebanyakan harus online," tutur Rusli.

Sulitnya mengakses Dapodik secara online, menurut Rusli, menjadi salah satu kegagalan dalam penyaluran tunjangan guru. "Kami tidak bisa salahkan operator karena memang keterbatasan akses," ujarnya.

Sumber: Republika